Riuh Narasi Pengangguran dengan Gaya

Didik Dau

REDAKSI EHYAL STDI IMAM SYAFI’I JEMBER – Pada 16 April 2024 kemarin jagat maya dihebohkan dengan pernyataan seorang wanita terkait pendapatnya tentang perkuliahan zaman sekarang. Dalam video yang singkat tersebut ia menuliskan;
“Kenapa ga kuliah? Kuliah adalah pengangguran dengan gaya, nongkrong 4 tahun dengan biaya fantastis.”


Banyak pihak yang beramai-ramai menanggapi video tersebut. Tak sedikit mahasiswa dan pengamat pendidikan yang menyoroti narasi yang merendahkan martabat perkuliahan itu. Namun, beberapa orang setuju dengan statement yang dilontarkan oleh wanita dengan nama pengguna @erra¬_atma di platform TikTok tersebut. Namun, apakah narasi ini benar? Benarkah kuliah adalah pengangguran dengan gaya?
Pendapat bahwa kuliah adalah menganggur tidak tepat bila digeneralisasikan. Sebab perjuangan saat menempuh pendidikan tinggi tidaklah mudah. Mulai dari tugas yang beragam seperti makalah, presentasi, review jurnal, atau proyek yang sering dilakoni para mahasiswa teknik hingga skripsi yang menjadi momok menakutkan bagi beberapa orang.


Secara umum, pendidikan tinggi menjadi fase krusial bagi individu yang berharap untuk meluaskan pengetahuan dan wawasan mereka sebelum memasuki pasar kerja. Proses kuliah memberikan dampak yang besar dalam pembentukan karakter dan perkembangan karier seseorang. Selama masa kuliah, mahasiswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan intelektual, kritis, dan analitis. Mereka juga belajar bekerja secara kolaboratif dalam tim, berkomunikasi secara efektif, dan meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah.


Tidak hanya itu, pendidikan tinggi juga membuka peluang bagi pembentukan jaringan sosial dan kesempatan jangka panjang yang dapat berpengaruh pada karier seseorang di masa depan. Lingkungan kampus dipenuhi dengan keragaman, di mana mahasiswa dapat berinteraksi dengan individu dari berbagai latar belakang, baik itu dosen maupun sesama mahasiswa. Hal ini memungkinkan mereka untuk membina hubungan yang berarti, mencari kesempatan magang, dan memperluas jaringan profesional mereka.


Ada banyak macam pekerjaan di dunia ini, secara umum bisa dibagi menjadi dua jenis yaitu; pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus atau biasa disebut dengan profesi dan pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian khusus secara umum. Profesi seperti guru, dosen, dokter, akuntan, arsitek, perawat, apoteker, pengacara, ilmuwan, dan sebagainya tentu mengharuskan adanya proses pendidikan yang lebih tinggi. Tidak mungkin seseorang dengan lulusan sekolah menengah atas secara legal melakukan operasi usus buntu meskipun ia merasa mampu melakukannya, karena ia tidak punya latar belakang pendidikan yang mampu memberikannya izin untuk bertindak demikian.


So, buat kamu yang bercita-cita menjadi seorang profesional maka diharuskan menempuh pendidikan tinggi. Lain cerita jika kamu ingin menjadi seorang pengusaha, content creator, atau bahkan presiden sekalipun yang mana pekerjaan-pekerjaan itu tidak memerlukan latar belakang pendidikan khusus maka tidak diharuskan untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Meskipun, pada dasarnya ada ilmu-ilmu yang harus kamu kuasai dan mendapatkannya hanya di bangku perkuliahan.


Walaupun sebagian lulusan perguruan tinggi mungkin mengalami tantangan dalam menemukan pekerjaan yang sesuai dengan jurusan studi mereka, hal ini tidak menandakan bahwa pendidikan tinggi secara keseluruhan tidak berguna. Menghafal kalam Allah ﷻ, hadis-hadis Rasul ﷺ, perkataan para ulama, menyajikan materi pembelajaran untuk setiap mata kuliah, berkolaborasi dalam tim setiap pekan, memurojaah, dan menyelesaikan tugas hingga larut malam. Bagaimana bisa semua aktivitas tersebut disebut sebagai menganggur dengan gaya?!

Sumber: https://kumparan.com/dhifa-febriyanti/status-mahasiswa-dan-stereotipe-menganggur-dengan-gaya-20i1g1q4Tql/full


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *