Jangan Pernah Terlena

Bunga Rindu

REDAKSI EHYAL STDI IMAM SYAFI’I JEMBER- Kematian akan mengelilingi kita di setiap saat. Dia akan datang tanpa batas waktu yang tidak bisa diprediksi. Jangan pernah tertipu dengan masa muda dan sehat. Karena kematian tidak hanya datang kepada orang yang sudah tua saja. Bahkan beberapa orang yang telah diberi umur panjang, 80 tahun misalnya masih saja hidup. Jadi, kematian tidak akan mengenal umur seseorang. Sebagaimana firman Allah,


أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ


“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa’: 78).
Sebagai seorang manusia biasa, kita harus mencari bekal menuju kematian. Kalau saja seorang pemuda yang hendak menikah membutuhkan perbekalan untuk menuju ke jenjang pernikahan, bagaimana dengan urusan kematian? Yang tentunya datangnya itu pasti. Sebesar apa pun penolakanmu kepada datangnya kematian, jika memang Allah ﷻ menghendaki kita untuk selesai, maka akan bertemu kematian.


Apa pun urusan yang belum selesai, jika memang sudah saatnya pergi dari dunia, akan tetap menuju kematian. Berapa banyak orang yang terlihat segar bugar di pagi hari, sore harinya kita mendengar bahwa dia telah wafat. Ya, memang begitu konsep kematian. Tidak ada yang tahu kapan masa kita di dunia akan berakhir. Yang tahu hanya Rabb semesta alam. Lalu, apakah pantas buat kita untuk bersantai ria? Hanya berbaring seharian? Mencari kesenangan yang hanya semata? Sedangkan kematian itu mengintai kita di setiap detik, menit, dan jam. Tak ada yang abadi di dunia ini. Semua akan kembali menghadap kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah,


وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ


“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad).” (QS. Al Anbiya’: 34).


Terkadang rasa lalai itu menjangkit anak muda. Mereka merasa umurnya masih panjang, masih bisa melakukan yang disuka, meskipun menabrak koridor syariat. Masih ada waktu untuk bertaubat. Padahal tak ada yang tahu umur manusia di dunia yang fana ini kecuali Allah ﷻ. Taubat bukan kewajiban orang yang sudah tua renta saja, taubat itu kewajiban untuk kita ketika terjerumus dalam lubang dosa. Terlebih sebagai manusia yang penuh dengan kekhilafan. Tak pantas rasanya untuk lupa diri dalam bertaubat.


Memang Allah Maha Pengampun, namun apakah kita harus bersantai tanpa memohon ampunan kepada-Nya? Mau sampai kapankah berada dalam lubang yang ujungnya akan menyengsarakan? Sedangkan Allah telah memberikan nikmat yang tiada tara. Bagaimana jika seandainya nikmat itu dicabut? Apakah masih saja lalai, dan malah sibuk ria untuk mencari kenikmatan yang lainnya? Harus menunggu teguran yang seperti apa hingga mau kembali?
Jangan sampai penyesalan itu datang. Penyesalan di mana masa kita dalam beramal telah habis. Masa hidup di dunia telah habis. Sedangkan perbekalan yang telah disiapkan hanya sedikit. Masa hidup digunakan untuk bersenang-senang. Harta digunakan untuk memenuhi kebutuhan nafsu belaka. Kekuatan fisik hanya digunakan untuk aktivitas yang sia-sia. Ketika nyawa berada dalam kerongkongan ingin segera bertaubat. Apakah harus menunggu seperti itu untuk membuat kita kembali kepada-Nya?


Sungguh perjalanan ini begitu singkatnya. Pernahkah kita merasa tiba-tiba hari berganti begitu cepatnya? Padahal masih banyak yang belum dikerjakan. Begitulah hidup di dunia. Maka, jangan habiskan waktu tanpa membawa bekal menuju akhirat. Sedangkan mempersiapkannya sangat mudah untuk dilakukan. Seperti sedekah, berbakti kepada orang tua, membantu orang lain, beribadah, dan lain sebagainya. Melakukannya pun terkadang tak membutuhkan sepeser uang. Berbeda halnya ketika melakukan kemaksiatan yang membutuhkan uang untuk mendapatkannya.


Diri, cepatlah kembali, setelah jauh dalam kesesatan yang tak berujung. Dia telah membuka lebar pintu maaf. Bersegeralah untuk menggapainya, jangan sampai kehilangan waktu untuk mendapatkannya. Kesempatan itu masih ada selagi napas masih berembus, mari memperbaiki diri. Walupun belum sepenuhnya sempurna, setidaknya berusaha untuk menjadi lebih baik, memperbanyak perbekalan menuju akhirat. Manusia memang penuh dengan kekurangan dan kekhilafan. Namun jangan lupa untuk meminta ampunan dari-Nya. Semoga Allah memaafkan segala kekhilafan yang pernah kita lakukan. Agar kelak di akhirat bisa berjumpa dengan-Nya, Rabb semesta alam.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *