by: Khazaain
وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِن قَبْلُ وَرُسُلًا لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۚ وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا
Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.
(Q.S. An-nisa: 164)
Sebagian besar nabi dan rasul tidak kita ketahui kisah hidupnya, bahkan namanya. Namun, hal itu tidak sedikitpun mengurangi kedudukan mereka sebagai hamba-hamba pilihan Allah. Dikenal oleh manusia bukanlah penentu bagi nilai seseorang. Tidak terkenal bukan berarti tidak bernilai, terkenal juga bukan berarti sangat bernilai. Tidak jarang, apa yang tersebar di antara orang lain, justru bertolak belakang dengan kepribadian asal sesorang. Lalu, untuk apa kepopuleran jutru menjadi hal yang dielu-elukan?
Keutamaan Nabi Nuh alaihissalam tidak akan bertambah, hanya karena kita mengenal beliau. Kedudukan para nabi yang tidak Allah sampaikan kepada kita juga tidak akan berkurang, hanya karena kita tidak mengenal mereka. Karena itu, cukuplah Allah yang mengetahui siapa kita. Pujian yang sesuai dengan apa yang ada dalam diri kita bukanlah hal yang perlu dibanggakan, alapagi pujian yang sama sekali tidak menggambarkan diri kita.
Menjadi terkenal bukanlah hal yang sulit di zaman ini. Popularitas dapat didapatkan dengan mengorbankan harga diri dan rasa malu. Namun, untuk apa sebenarnya semua itu dilakukan? Apakah menjadi populer akan menjamin kebahagiaan abadi dalam hidup? Jika popularitas dapat menjamin kebahagiaan, maka tidak akan ada tokoh terkenal yang mengakhiri hidupnya sendiri. Namun faktanya, banyak diantara mereka yang memutuskan untuk meninggalkan apa yang disebut kepopuleran itu.
Sejatinya, kepopuleran merupakan ujian. Allah ingin mengetahui apakah kepopuleran akan membuat kita sombong dan berbangga diri, atau iman kita akan tetap kokoh dan sama sekali tidak terganggu dengan kepopuleran tersebut. Mengendalikan hati untuk selalu ikhlas dalam kepopuleran merupakan sesuatu yang sangat berat untuk dilakukan. Imam Syafi’i rahimahullah berkata: “Ketika manusia mempelajari ilmu ini, aku berharap mereka tidak menisbatkan sedikitpun ilmu ini kepadaku” (Hilyatul Aulia, 9/118). Beliau mengatakan demikian karena mengetahui bahwa menjaga hati agar tetap ikhlas dalam kepopuleran merupakan hal yang sulit.
Leave a Reply