Peran Penting Perempuan Sebagai Al-ummu Madrasatul Ula

By: Sri Utami Wahyuni

Siapa perempuan itu? Awalnya kata perempuan berasal dari kata empuan yang mengalami perubahan kata menjadi puan yang berarti sebutan hormat bagi perempuan sekaligus sebagai pasangan dari kata tuan. Dalam KBBI, perempuan memiliki makna seorang manusia yang memiliki puki (kemaluan perempuan), bisa menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui. Namun, apakah hanya sebatas hal itu saja, ketika kita menjadi seorang perempuan? Tentu saja, tidak. Ada sebuah peran penting yang mana seorang perempuan harus lakukan, yakni sebagai seorang ibu.

Ada seorang penyair bernama Hafidz Ibrahim yang mempopulerkan ungkapan al ummu madrasatul ula yang berarti ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya. Artinya, sebagai seorang perempuan, kita tidak cukup hanya menjadi pengajar layaknya seorang guru kepada muridnya yang bersekolah, melainkan perempuan sendirilah sekolahnya. Dimana layaknya sebuah sekolah, selain terdapat kepala sekolah, guru dan murid, ada kurikulum yang harus dibuat untuk menentukan ilmu apa saja yang seharusnya anak-anak miliki untuk menunjang dirinya kelak di masa depan, bagaimana metode pengajarannya, lalu setelahnya dievaluasi, sudah tepatkah belum pemahaman anak. Kalau belum sesuai, tentunya kita cari metode pengajaran lain yang lebih baik. Pun, misalkan anak-anaknya akan dimasukkan ke sekolah yang sebenarnya. Maka, kita akan mencari tahu sekolah mana yang baik. Terutama setelah selesai pendidikannya, sesuai tidak dengan harapan kita pada anak-anak. Karena tidak mungkin, ketika harapan kita agar anak-anak kita menjadi penghafal Al-qur’an, tapi kita masukkan ke sekolah yang tidak mengajarkan Al-qur’an. Mana mungkin harapan kita akan terjadi. Maka, jauh hari sebelum memutuskan di mana tempat pendidikan anak, kita harus tahu lebih dulu, kita mau mendidik anak-anak kita menjadi apa. Dan, anak-anak yang saleh dan salehah lebih baik karena akan menjadi ladang amal jariyah bagi kita, orang tuanya.

Alangkah sayang sekali, ketika memiliki anak kita hanya berorientasi pada keberhasilan dunia saja. Harusnya, kalau kita bisa mendapatkan dua sekaligus, dunia dan akhirat, kenapa harus salah satu. Sekalipun mungkin hal itu membutuhkan usaha lebih banyak untuk mewujudkannya.

Coba kita lihat, berapa banyak orang yang sukses dalam hidupnya ternyata iapun seorang yang saleh dan salehah. Misalkan, seorang bidan yang juga ternyata penghafal Al-qur’an. Adalah hal yang lumrah sebagai seorang muslim ketika menginginkan anak-anaknyapun paham Al-qur’an. Tinggal kita, sebagai orang tua mau mengarahkannya kemana. Dan, tentu kita tidak mau anak-anak kita jauh dari apa yang kita harapkan. Lebih-lebih jauh dari agamanya.

Coba bayangkan, ketika kita memiliki anak yang sukses, dikenal banyak orang tapi ia tidak kenal siapa Tuhannya. Tidak paham sejarah berdarah penuh pengorbanan Rasul-Nya dalam mensyiarkan agama Islam. Naudzubillah min dzalik.

Padahal, harusnya kita bisa menghantarkan anak-anak kita tentang bagaimana meraih surga Allah, kehidupan setelah di dunia. Kita bisa mendidik anak-anak kita untuk mengetahui ilmu-ilmu yang bermuara pada surga. Mengutip tulisan Teh Karina Hakman dalam buku Bumi Hijrah, bahwa terdapat prinsip prinsip yang utama dalam pendidikan yaitu bab akidah, ibadah, dan akhlak. Sementara, ilmu pengetahuan lainnya termasuk dalam ilmu pendukung. Dan, seorang anak yang paham betul siapa yang menciptakannya dan segala yang ada di dunia, ia tidak akan merasa sombong akan apa yang ia peroleh kelak di masa depan. Ibadah akan ia jalani tanpa rasa takut neraka, melainkan karena perintah Allah. Maka, inilah peran penting perempuan dalam mendidik anak-anaknya. Melahirkan dan mendidik anak-anak yang saleh dan salehah, yang boleh menjadi apapun asallkan Al-qur’annya selesai dipahami.

Daftar Pustaka:

Hakman, Karina. 2020. Bumi Hijrah. Kanan Publishing.

Pratiwi, Y. dkk. 2023. Ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya dalam Buku Bidadari itu adalah Ibu karya Ninik Handrini. Tamaddun 24(01) : 17-26.

Tindangen, Megi dkk. 2020. Peran Perempuan dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi 20 (03):79-87.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *