By: Maya Eka Rahma Sari
Asal: Sekolah Tinggi Agama Islam Imam Asy-Syafii Pekanbaru
Sebaik-baik tempat bagi seorang wanita adalah rumahnya. Ini adalah kalimat yang sudah tidak asing di telinga kita. Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal dalam artikelnya memaparkan bahwa sebaik-baik tempat bagi seorang wanita ialah di dalam rumahnya. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al Ahzab ayat 33 yang artinya, “Dan tinggallah kalian di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berdandan sebagaimana dandan ala jahiliah terdahulu.” Wanita itu aurat, sebagaimana dalam hadits dari ‘Abdullah, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya perempuan itu aurat. Jika dia keluar rumah maka setan menyambutnya. Perempuan itu akan berkata, “Tidaklah ada seorang pun yang melihatku melainkan kagum”. Keadaan perempuan yang paling
dekat dengan Allah adalah ketika dia berada di dalam rumahnya.” (HR. Ibnu Khuzaimah No. 1685 dan Tirmidzi No. 1173. Syaikh Al Albani mengatakan sanad hadits ini shahih).
Sebagai seorang muslimah, kadang kala kita bertanya-tanya. Apakah seorang muslimah tidak bisa berbagi kebaikan? Apakah seorang muslimah tidak memiliki kesempatan untuk berdakwah? Atau, apakah bisa menjadi muslimah yang tidak
meninggalkan rumahnya, tetapi tetap bisa bermanfaat bagi sesama?
Muslimah itu bisa eksis. Bukan eksis dengan tubuh rupawan yang bisa dilihat bagi siapapun yang ingin, bukan pula eksis dengan wajah cantik memikat. Muslimah itu bisa eksis dengan segala kepiawaian yang dimilikinya. Dahulu pun, ibunda kita Aisyah radhiyallahu ‘anha merupakan perawi wanita yang paling banyak meriwayatkan hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah wanita terbaik, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Keistimewaan Aisyah dibanding wanita yang lain adalah seperti istimewanya tsarid (makanan istimewa bangsa Arab yang terbuat dari roti dan daging) dibanding makanan lainnya.” (HR. Bukhari No. 3769). Hal tersebut tentu bisa meningkatkan semangat kita, bahwa seorang muslimah pun bisa eksis dengan caranya sendiri.
Muslimah eksis? Kenapa tidak? Di zaman dimana teknologi berkembang
dengan pesat, kita bisa mendulang banyak kebaikan dari hal-hal baik yang kita bagikan. Salah satunya melalui penggunaan media sosial sebagai sarana dalam berbagi informasi, berbagi hal-hal baik, bahkan berdakwah.
We Are Social dalam laporannya yang berjudul “Digital 2023” memaparkan bahwa WhatsApp tercatat sebagai media sosial yang paling banyak digunakan pengguna internet pada rentang usia 16-64 tahun dengan angka 92,1%. Setelah WhatsApp, di susul oleh Instagram dengan persentase sebesar 86,5%, lalu di posisi ketiga terdapat Facebook dengan persentase sebesar 83,8%. Selain itu, We Are Social juga memaparkan bahwa pengguna internet di Indonesia telah mencapai angka 212 juta pada bulan Januari 2023. Hal ini menjelaskan bahwa sekitar 77% populasi di Indonesia telah terhubung dengan internet.
Terhubungnya masyarakat dengan internet menyadarkan kita, bahwa zaman
telah berubah. Hal-hal tradisional kini mulai beralih dalam bentuk digital. Begitu juga informasi. Tentu ini adalah hal menyenangkan untuk di dengar. Tanpa perlu jauh-jauh mencari informasi, melalui penggunaan internet kita bisa mendapatkan banyak informasi hanya melalui perangkat yang terhubung dengan internet.
Apakah hal ini menguntungkan? Tentu hal ini menguntungkan apabila kita
bisa memanfaatkannya dengan bijak. Apalagi keuntungan ini bukan hanya untuk keuntungan duniawi. Akan tetapi juga untuk keuntungan di akhirat kelak.
Melalui media sosial, seorang muslimah bisa eksis dengan kepiawaian yang
dimiliki. Menebarkan ilmu pengetahuan, resep masakan, atau bahkan sekadar menebarkan kalimat-kalimat penyemangat yang baik. Tidak ada gambar diri, tidak ada suara mendayu-dayu. Tidak ada yang tahu bagaimana cantiknya wajah itu, bagaimana merdunya suara itu. Yang terlihat hanya postingan-postingan kebaikan, yang semoga saja bisa bermanfaat bagi siapapun yang melihat, dan terlebih bagi diri sendiri. Biar saja dunia tidak tahu apa-apa tentang kita. Cukup postingan postingan kebaikan yang kita bagikan di media sosial, sebagai suatu ladang pahala bagi kita. Semoga saja, hal-hal tersebut bisa bermanfaat bagi kita di akhirat kelak.
Perlu diperhatikan bahwa sumber dan ilmu yang benar adalah dasar paling
penting untuk berbagi kebaikan. Sebagaimana Imam Bukhari rahimahullah dalam kitabnya Shahih Al-Bukhari, Bab “Al-‘Ilmu Qabla Al-Qoul wa Al-‘Amal” yang memiliki arti ilmu sebelum berkata dan beramal. Kemudian beliau rahimahullah menyebutkan dalil. Hal ini menunjukkan bahwa perlulah kita berilmu sebelum beramal. Sehingga apabila kita berbagi melalui media sosial dengan ilmu yang benar, semoga saja kita terhindar dari menjadi golongan yang menyebarkan kekeliruan akibat salah mengambil sumber ilmu dan informasi.
Baarakallahu fiikum.
Daftar Pustaka:
Caroline Saskia, “15 Medsos Favorit Orang Indonesia, Nomor 1 Bukan
Instagram”, tersedia di https://tekno.kompas.com/read/2023/02/14/10300097/15-medsos-favorit orang-indonesia-nomor-1-bukan-instagram. Diakses pada 04 April 2023.
Monavia Ayu Rizaty, “Pengguna Internet di Indonesia Sentuh 212 Jiwa pada
2023”, tersedia di https://dataindonesia.id/internet/detail/pengguna
internet-di-indonesia-sentuh-212-juta-pada-2023. Diakses pada 2 April 2023.
Muhammad Abduh Tuasikal, “Syarat Wanita Bekerja dan Berkarir”, tersedia di https://rumaysho.com/14618-syarat-wanita-bekerja-dan-berkarir.html.
Diakses pada 01 Mei 2024.
Muhammad Abduh Tuasikal, “Tsalatsatul Ushul: Ilmu Sebelum Berkata dan
Beramal”, tersedia di https://rumaysho.com/18246-tsalatsatul-ushul-ilmu
sebelum-berkata-dan-beramal.html. Diakses pada 06 April 2024.
Muhammad Nur Faqih, “Biografi Aisyah Radhiyallahu ‘Anhu”, tersedia di
https://muslim.or.id/83766-aisyah-binti-abu-bakar.html. Diakses pada 01
Mei 2024.
Leave a Reply