NS

REDAKSI EHYAL IMAM SYAFI’I JEMBER-

  Kisahnya tidak sekadar tentang seorang perempuan yang melahirkan seorang anak, melainkan perjalanan penuh ujian, kesendirian, dan kekuatan luar biasa dalam menerima takdir-Nya. Ia hidup di tengah masyarakat yang kerap meragukan kejujuran dan kemurniannya, namun di balik segala fitnah dan cibiran, sosoknya tetap teguh, memilih berserah diri sepenuhnya kepada Sang Pencipta. Dalam kesunyian dan keheningan malam-malamnya, ia memanjatkan doa dengan penuh keyakinan, menghadapi segala rintangan dengan jiwa yang tak tergoyahkan.

Dalam firmannya Allah Ta’ala menyebutkan,

قَالَ اِنَّمَآ اَنَا۠ رَسُوْلُ رَبِّكِۖ لِاَهَبَ لَكِ غُلٰمًا زَكِيًّا

“Dia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu untuk memberikan anugerah seorang anak laki-laki yang suci kepadamu.” (QS. Maryam: 16)

     Pada saat itu, alangkah terkejutnya ia dan bersegera untuk mempertanyakan bagaimana bisa ia hamil padahal tidak pernah disentuh oleh laki-laki. Malaikat Jibril menjawab bahwa hal ini adalah ketetapan Allah, dan Allah mampu menciptakan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya. Kelahiran Isa adalah mukjizat, sama halnya seperti penciptaan Nabi Adam yang diciptakan tanpa ayah dan ibu.

    Setelah menerima kabar dari malaikat Jibril, ia pun mengandung. Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa proses kehamilannya terjadi dalam waktu yang singkat, sebagai tanda kebesaran Allah. Akan tetapi menurut pendapat yang rajih Maryam mengandung sebagaimana mestinya, yaitu selama 9 bulan. Kemudian, karena khawatir akan pandangan negatif masyarakat, Maryam pergi menjauh dari kaumnya dan menetap di suatu tempat yang jauh.

     Ketika tiba saatnya untuk melahirkan, ia mengalami kesakitan luar biasa, baik fisik maupun emosional. Dalam kondisi yang sangat lemah, ia bersandar pada pohon kurma sambil berkata, “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.” (QS. Maryam: 23) Pada saat itu, Allah menurunkan wahyu untuk menenangkannya melalui Jibril, yang memintanya menggoyangkan batang pohon kurma agar buahnya jatuh dan bisa dimakan. Ia juga diberi petunjuk untuk meminum air yang mengalir di bawahnya. Makanan dan minuman ini memberikan kekuatan dan ketenangan kepada Maryam.

     Setelah melahirkan, Maryam kembali ke kampung halamannya dengan membawa bayi Isa. Kaum Bani Israil yang melihatnya segera menuduhnya berzina karena tidak ada yang mengetahui siapa ayah dari anak tersebut. Mereka berkata, “Wahai Maryam! Sungguh, engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar.” (QS. Maryam: 27)

     Namun, Allah memberikan mukjizat kepada Isa yang baru lahir sehingga ia dapat berbicara dan berkata, “Sesungguhnya aku adalah hamba Allah. Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.” (QS. Maryam: 30) Bayi Isa juga menyatakan bahwa Allah telah memerintahkannya untuk mendirikan salat, menunaikan zakat, dan berbakti kepada ibunya. Ucapan bayi Isa ini menjadi pembelaan bagi Maryam dan membuktikan bahwa kelahirannya adalah mukjizat.

    Kisahnya mengajarkan kita tentang kekuatan iman dan kesabaran yang luar biasa. Meski dihadapkan pada ujian yang sangat berat, ia tidak pernah goyah dan selalu percaya bahwa Allah akan memberikan jalan keluar. Dari penderitaan yang ia alami, kita belajar bahwa setiap ujian dalam hidup bukanlah sebuah hukuman, melainkan sebuah proses untuk menempa diri menjadi lebih kuat dan bijaksana. Maryam menjadi contoh bahwa keikhlasan dalam menerima takdir dan keteguhan dalam berdoa mampu mendatangkan pertolongan yang tak terduga.

     Namun, di tengah perjalanan hidup yang penuh liku, kita sering kali meragukan kebijaksanaan di balik ujian yang kita hadapi. Kita kerap bertanya,

“Mengapa harus saya yang menanggung beban ini?”

“Mengapa hidup terasa begitu sulit?”

Mungkin, inilah saatnya untuk bertanya pada diri sendiri, apakah kita sudah berusaha melihat sisi baik di balik setiap kesulitan? Apakah kita telah belajar menerima bahwa terkadang, jalan yang berat adalah jalan yang memang harus kita tempuh untuk mencapai sesuatu yang lebih baik, yaitu surga-Nya?

Rujukan Artikel:

1. https://rumaysho.com/23426-kisah-maryam-hingga-nabi-isa-lahir.html


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *