Debimowa
REDAKSI EHYAL STDI IMAM SYAFI’I JEMBER- Korea Selatan menjadi salah satu negara yang sangat ingin dikunjungi banyak orang. Keindahan panorama dan kental akan adat dan budaya menjadi daya tarik manusia untuk berkunjung kesana. Namun, sedikit dari kita yang mengetahui bagaimana perkembangan islam di Negara Ginseng ini. Yang mana, perkembangan islam di negara ini relatif pendek dibandingkan dengan agama-agama lain.
Tiga Kerajaan
Pada tahun 791 seorang Jendral Cina keturunan Goguryeo bernama Gao Xianzhi memimpin pertempuran Talas untuk Dinasti Tang terhadap kekhalifahan Abbasiyah. Namun pada pertempuran ini Dinasti Tang mengalami kekalahan.
Kehadiran pertama Islam di Korea berawal dari abad ke-9, selama periode Silla Bersatu dengan kedatangan pedagang dan juga navigator Persia dan juga Arab. Menurut beberapa geografer muslim salah satunya adalah Ibnu Khurdadhbih mengatakan banyak dari mereka yang menetap secara permanen di Korea Selatan lalu mereka juga membentuk desa-desa muslim, ada yang mengatakan bahwa banyak pemukim yang berasal dari Irak dan ada juga yang mengatakan sebagian besar pemukim dari Syiah Faksi Alawi. Kemudia, di daerah Silla juga menunjukkan adanya muslim timur tengah dengan ditandainya adanya patung-patung wali kerajaan dengan karakteristik khas Persia. Umat islam kemudian juga banyak yang menikah dengan wanita korea.
Dinasti Goryeo
Hubungan perdagangan antara dunia Islam dan Semenanjung Korea, kemudian dilanjutkan dengan kerajaan goryeo sampai abad ke-15 menyebabkan jumlah pedagang muslim dari Timur Tengah dan juga Asia Tengah menetap di Korea dan berkeluarga di sana, contohnya keluarga Chang yang bertempat tinggal di desa Toksu, mereka mengatakan bahwa keturunannya berasal dari keluarga muslim. Beberapa Muslim Hui dari China juga telah tinggal di kerajaan Goryeo. Lalu pada tahun 1154 Korea termasuk dalam atlas dunia geografer Arab yakni Muhammad Al-Idrisi, Tabula, dan Rogeriana.
Kontak kecil dengan masyarakat muslim khususnya adalah Uighur terus berjalan dan membuat mereka semakin dekat. Selama akhir periode Goryeo didirikan masjid di ibukota Gaeseong. Selama kekuasaan Mongol di Korea, mereka sangat bergantung pada Uinghur untuk membantu mereka dalam menjalankan kerajaan besar, hal itu dikarenakan orang Uighur berpengalaman dalam mengelola jaringan perdagangan yang sudah diperluas. Terdapat dua orang Uighur yang tinggal di Korea secara permanen dan juga menjadi nenek moyang dari dua klan yang ada di Korea
Salah satu imigran asal Asia Tengah di Korea awalnya datang ke Korea sebagai asisten seorang putri Mongol yang dikirim untuk menikahi Raja Chungnyeol. Dokumen Gorgeo mengatakan bahwa nama aslinya adalah Samga. Tetapi setelah Ia memutuskan untuk tinggal di Korea, Raja menamainya dengan nama Korea yaitu Jang Sun Nyeong. Jang ini kemudian menikah dengan orang Korea dan akhirnya menjadi nenek moyang pendiri klan Deoksu Jang. Banyak yang percaya bahwa ia merupakan seorang muslim Arab. Namun, tidak ada bukti pengaruh Islam pada tradisi keluarga Deoksu Jang. Hal yang sama juga terjadi pada keturunan Asia Tengah lain yang tinggal di Korea, sebagai buktinya ada seorang yang berasal dari Asia tengah yang bernama Seol Son, ia melarikan diri ke Korea ketika pemberontakan serban Merah yang meletus menjelang akhir dari Dinasti Yuan. Dia kemudian menikah dengan orang Korea dan pada akhirnya menjadi leluhur klan Seol Gyeongju yang mengklaim bahwa sedikitnya dua ribu anggota di Korea saat ini tetapi tidak menunjukkan adanya tanda-tanda khusus dari pengaruh muslim
Dinasti Joseon
Penanggalan islam berfungsi sebagai dasar untuk kalender, dikarenakan reformasi untuk akurasi yang unggul diatas kalender Cina yang sudah ada. Penerjemah Korea dari Huihui Lifa menulis sebuah teks yang menggabungkan astronomi Cina dengan astronomi Islam. Tradisi astronomi Cina-Islam bertahan di Korea sampai awal abad ke-16
Namun, dikarenakan terjadi isolasi politik dan geografis Korea selama periode Joseon, islam akhirnya lenyap di Korea sampai diperkenalkan kembali pada abad ke-20. Namun, pada abad ke-19, pemukim korea di Manchuria melakukan kontak kembali dengan islam
Pengenalan Kembali Abad Ke-20
Selama Perang Korea, Turki mengirim sebagian besar pasukannya untuk membantu Korea Selatan yang berada di bawah perintah PBB, yang disebut Brigade Turki. Selain kontribusi mereka di medan perang, Turki juga membantu dalam pekerjaan kemanusiaan dan membantu mengoperasikan sekolah selama waktu perang untuk anak yatim korban perang. Tak lama setelah perang usai, beberapa orang Turki yang bertugas di Korea Selatan sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB mulai mengajar di Korea tentang Islam. Mereka mengawalinya dengan mendirikan Korea Muslim Society pada tahun 1955, pada saat itu masjid pertama di Korea Selatan didirikan. Korea Muslim Society tumbuh cukup besar untuk menjadi Korea Muslim Federation pada tahun 1967.
Pada tahun 1962, pemerintah Malaysia menawarkan hibah sebesar US $ 33.000 untuk mendirikan sebuah masjid yang akan dibangun di Seoul. Namun, rencana itu gagal disebabkan inflasi. pertengahan tahun 1969 minat terhadap Islam mulai bangkit kembali. Beberapa warga Korea yang bekerja di Arab Saudi mulai masuk Islam.
Masjid Pusat Seoul akhirnya dibangun di Seoul yang bertepatan di lingkungan Itaewon pada tahun 1976 sekaligus menjadi tonggak penyebaran agama Islam di Korea Selatan. Saat ini ada juga masjid di Busan, Anyang, Gwangju, Jeonju dan Daegu. Menurut Lee Hee-Soo (Yi Hui-su), Presiden Korea Islam Institute, ada sekitar 40.000 Muslim yang terdaftar di Korea Selatan, dan sekitar 10.000 diperkirakan penganut yang sangat aktif.
Korea Muslim Federation (KMF) mendirikan sekolah dasar Islam pertama bernama SD Pangeran Sultan Bin Abdul Aziz pada Maret 2009 yang bertujuan untuk membantu Muslim di Korea belajar tentang agama mereka melalui kurikulum sekolah resmi. Juga terdapat beberapa rencana yang sedang dilakukan untuk membuka sebuah pusat budaya, sekolah menengah, bahkan universitas. Abdullah Al-Aifan, Duta Besar Arab Saudi di Seoul, menyerahkan $500.000 untuk KMF atas nama pemerintah Arab Saudi.
Hingga saat ini, banyak Muslim Korea yang mengatakan gaya hidup mereka yang berbeda membuat mereka lebih menonjol daripada yang lain dalam kehidupan bermasyarakat.
Leave a Reply