DWH
REDAKSI EHYAL STDI IMAM SYAFI’I JEMBER – Kesuksesan adalah kata yang didambakan seluruh manusia. Salah satunya kesuksesan dalam harta dunia. Memimpikan hidup bahagia dengan banyak harta seakan menjadi candu dalam berbagai kalangan. Padahal hal tersebut bukanlah kesuksesan yang hakiki, karena pada hakikatnya kesuksesan terletak pada kehidupan akhirat. Dan salah satu jalan mencapai kesuksesan tersebut adalah dengan berbakti kepada kedua orang tua.
Kedudukan kedua orang tua amat agung dan mulia di sisi Allah ta’ala. Sehingga Allah menyandingkan hak kedua orang tua dengan tauhid. Tidak sedikit ayat-ayat Al- Qur’an ataupun hadis yang menjelaskan tentang perintah berbakti kepada keduanya. Allah سبحانه وتعالى berfirman,
(ووصّينا الإنسان بوالديه حملته أمّه وهنا على وهن وفصاله في عامين أن اشكر لى ولوالديك إلىّ المصير) [١٤]
“Dan kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik ) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kedua orangtuamu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” [Luqman: 14]
Allah سبحانه وتعالى berfirman,
(واعبدوا الله ولا تشركوا به شيئا وبالوالدين إنسانا ) [٣٦]
“Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukannya dengan sesuatu pun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.” [An-Nisa: 36]
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud رضي الله عنه , dia berkata, aku bertanya kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم ,
أي العمل أحب إلى الله؟ قال : الصلاة على وقتها، قلت : ثم أي؟ قال: بر الوالدين، قلت: ثم أي؟ قال : الجهاد في سبيل الله.
“Amal apakah yang paling Allah cintai? ” Nabi menjawab ,” Shalat pada waktunya.” “Aku bertanya, Kemudian apa? ” Nabi menjawab, “Birrul Walidain.” ” Aku bertanya lagi, “kemudian apa? ” Nabi menjawab, ” Jihad dijalan Allah.”
Menurut Imam Nawawi Birr-Alwalidain adalah berbuat baik kepada orang tua; bersikap baik kepadanya; melakukan hal-hal yang membuatnya bahagia serta berbuat baik kepada teman dan sahabat-sahabat keduanya. Di antara bentuk berbakti kepada kedua orang tua adalah;
- Menaati perintah keduanya selama tidak menyelisihi Syariat Islam. Selama perintah tersebut tidak merujuk kepada kemaksiatan dan kesesatan kepada Allah, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi hal tersebut.
- Menggunakan kata yang baik dan sopan ketika berbicara dengan kedua orangtua. Diharamkan bagi seorang anak mengucapkan perkataan yang tidak baik kepada keduanya, apalagi sampai membuat hati keduanya kecewa atau bersedih. Allah سبحانه وتعالى berfirman,
[ ولا تنهرهما وقل لهما قولا كريما ].
” Janganlah kamu membentak keduanya dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” [Al-Isra’: 23]
- Mencintai dan menyayangi keduanya dengan penuh keikhlasan.
- Menjawab panggilan orang tua dengan segera baik dikala sibuk maupun tidak.
- Memenuhi segala kebutuhan orang tua.
- Mendoakan dan memohon ampun untuk keduanya dalam setiap salat, dengan doa yang telah diajarkan agama islam. Allah ta’ala berfirman,
[ رب اغفرلى ولوالدى ولمن دخل بيتى مؤمنا و للمؤمنين و المؤمنات]
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, kedua orang tuaku, orang yang masuk kerumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan.” [Nuh: 28].
Doa untuk kedua orang tua;
[رَّبِّ اغْفِرْلِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً ]
“Tuhanku, Ampunilah dosa-dosaku dan kedua orang tuaku, serta kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidikku sewaktu kecil.”
Adapun bentuk durhaka kepada kedua orang tua sebagai berikut:
- Meninggikan suara atau menggunakan kata-kata kasar ketika berbicara dengan keduanya. Allah ta’ala berfirman,
[فلا تقل لهما أف ولا تنهرهما ]
“Maka janganlah sekali- kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘Ah’ dan janganlah kamu membentak mereka.” [Al-Isra’: 23]
- Tidak menaati perintah keduanya.
- Bermuka masam di depan kedua orang tua.
- Tidak memenuhi panggilan keduanya.
- Tidak menjaga adab ketika bersama kedua orang tua.
Berbakti kepada kedua orang tua adalah perintah syariat yang amat mulia. Berbuat baik kepada keduanya merupakan salah satu ladang pahala bagi seorang anak. Bahkan berbakti kepada keduanya merupakan tanda kesempurnaan syariat islam dan bentuk penunaian hak yang paling sempurna.
Tidaklah seorang anak mendapatkan keridaan, kebahagian, dan ketenangan dunia akhirat sampai ia mampu memenuhi hak kedua orangtuanya dengan penuh keikhlasan. Mencintai keduanya melebihi cinta kepada kerabat, teman, sahabat dan yang lainnya. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru radhiallahu’anhuma ia berkata Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
[رضى الرب في رضى الوالد ، وسخط الرب في سخط الوالد ]
“Ridha Allah tergantung pada rida orang tua. Dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.”(Hasan at-Tirmidzi 1899, HR Al-Hakim: 7249, Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir: 14368, Al-Bazzar: 2394).
Hadis tersebut menjelaskan betapa mulianya kedua orang tua, di mana jika seorang anak ingin mendapat keridaan Allah Ta’ala maka ia juga harus mendapat keridaan dari kedua orang tuanya, dan ia akan mendapat murka Alloh jika ia membuat kedua orang tuanya murka kepada dirinya. Maka hendaklah seorang anak menjaga hak-hak tersebut dan berusaha memenuhi kebutuhan keduanya baik secara lahir maupun batin. Karena surga adalah sesuatu yang amat berharga yang tentunya harus membayar mahal untuk bisa mendapatkannya. Allahu a’lam
Catatan Kaki:
Referensi dari buku, “Jangan Biarkan Air Mata Ibu Berlinang” karangan dr. Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd.
(Sumber Gambar: http://www.unsplash.com)
Leave a Reply