Kemuliaan Bulan Sya’ban

Naira

REDAKSI EHYAL STDI IMAM SYAFI’I JEMBER – Tanpa kita sadari, bulan Ramadan semakin dekat. Bulan di mana setan-setan dibelenggu dan pintu surga dibuka. Beberapa dari kita mungkin sudah mendengar bahwa para ulama terdahulu mempersiapkan diri mereka 6 bulan sebelum bulan Ramadan dengan memperbanyak amalan. Seperti kata pepatah, tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu. Lantas, amalan apakah yang bisa kita lakukan di bulan Sya’ban ini?


Pada zaman jahiliyyah, orang-orang memanfaatkan bulan Sya’ban sebagai bulan untuk beraktivitas, seperti berperang atau menyelesaikan urusan mereka yang lainnya. Hal ini terjadi karena letak bulan Sya’ban yang berada di antara bulan Rajab dan Ramadan. Bulan Rajab termasuk dalam rangkaian asyhurul hurum yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Sementara bulan Ramadan adalah bulan dianjurkannya memperbanyak amalan dan meninggalkan kemaksiatan. Jika melakukan kemaksiatan di kedua bulan tersebut, dosa yang ditanggung juga akan lebih berat.


Hal inilah yang menyebabkan banyak orang lalai di bulan Sya’ban, dan memilih bulan ini untuk mengurus urusan duniawi mereka. Mari kita sebutkan salah satu hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyatakan kelalaian manusia saat bulan Sya’ban tiba.


Hadits ini diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid radiyallahu ‘anhu, ketika ia menanyakan tentang semangatnya Rasulullah saat berpuasa di bulan Sya’ban. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Bulan Sya’ban -bulan antara Rajab dan Ramadan- adalah bulan di mana manusia lalai. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku lebih suka berpuasa ketika amalanku dinaikkan” (HR.An-Nasa’i no. 2358. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).


Dari hadits di atas kita bisa mengambil faedah dari sikap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat bulan Sya’ban tiba, yaitu memperbanyak puasa di bulan tersebut.


Hal lain yang perlu kita bahas dari bulan Sya’ban adalah sikap beberapa orang yang memuliakan dan melakukan amalan khusus di malam Nisfu Sya’ban. Apakah hal ini dibenarkan oleh para ulama?
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal radiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:

يَطَّلِعُ اللَّهُ إِلَى جَمِيعِ خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

“Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban. Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.”
Al-Mundziri dalam kitabnya At-Targhib saat menyebutkan hadits ini, beliau mengatakan bahwa ada beberapa ulama yang juga menuliskan hadits ini di buku mereka dengan perawi yang sama. Ada juga yang meriwayatkannya dari perawi yang berbeda dengan sanad yang tidak mengapa (hasan). Bahkan ada ulama yang mendhaifkan salah satu perawi hadits tersebut.


Apa kesimpulan dari pendapat para ulama yang berbeda-beda tentang keutamaan malam nisfu Sya’ban?


Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan “Hadits yang menjelaskan keutamaan malam nisfu Sya’ban ada beberapa. Para ulama berselisih pendapat mengenai derajat hadits-hadits tersebut. Kebanyakan ulama mendhaifkan hadits-hadits tersebut.” (Lathaif Ma’arif, hal. 245)


Intinya, jumhur ulama menilai bahwa keutamaan malam nisfu Sya’ban dinilai dhaif. Namun sebagian ulama menshahihkannya.


Adapun tentang pengkhususan amalan pada malam nisfu Sya’ban jelas tidak dibenarkan karena tidak ada dalil yang menyebutkannya. Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Mengenai shalat malam di malam Nisfu Sya’ban, maka tidak ada satu pun dalil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga para sahabatnya. Namun terdapat riwayat dari sekelompok tabi’in (para ulama negeri Syam) yang menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan shalat.”

Jadi, cukup bagi kita untuk memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban, sebagaimana yang dikisahkan oleh Aisyah tentang bagaimana Rasulullah beramal di bulan Sya’ban:


فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ


“Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
Barakallahu fiikum.


Sumber:
https://rumaysho.com/11158-malam-nisfu-syaban-dan-amalan-nisfu-syaban.html
https://muslim.or.id/73611-hikmah-memperbanyak-puasa-di-bulan-syaban.html


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *