by: Chaghri Arslan
REDAKSI EHYAL STDI IMAM SYAFI’I JEMBER-
“تَعَلَّمِ الأَدَبَ قَبْلَ أَنْ تَتَعَلَّمَ العِلْم”
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu” merupakan peringatan yang sarat makna tentang pentingnya adab sebagai pondasi dalam menuntut ilmu. Dalam konteks Islam, adab bukan sekadar tata krama, melainkan meliputi akhlak, tata sikap, dan kesantunan dalam berinteraksi dengan ilmu, guru, sampai kepada siapapun yang kedudukannya setara atau bahkan dibawah kita. Pernyataan ini menunjukkan bahwa tanpa adab, ilmu yang diperoleh tidak akan memberi manfaat yang hakiki, baik bagi individu maupun masyarakat.
1. Pentingnya Adab dalam Islam
Islam menempatkan adab pada posisi yang sangat tinggi. Rasulullah ﷺ merupakan teladan utama dalam hal adab, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al-Qalam: 4). Dalam pendidikan Islam, adab adalah prasyarat untuk mencapai keberkahan ilmu. Seorang murid yang memiliki adab akan menghormati guru, menjaga ketertiban dirinya saat dalam majelis ilmu, serta memahami hakikat ilmu sebagai amanah yang harus didakwahkan untuk kebaikan.
2. Hubungan Antara Adab dan Ilmu
Adab adalah pintu gerbang menuju keberhasilan dalam menuntut ilmu. Tanpa adab, seorang penuntut ilmu mungkin akan menguasai banyak pengetahuan, namun dapat dipastikan ia akan gagal menerapkannya untuk membawa manfaat atau parahnya dapat menyebabkan kerusakan ditengah manusia. Ilmu tanpa adab berpotensi besar melahirkan keangkuhan bagi pelakunya, dan Allah melarang kita atas hal ini, sebagaimana firman Allah ta’ala: “Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong. Sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjangkau gunung dalam ketinggian” (QS. Al-Isra’: 37).
Selain itu, adab membantu kita untuk menanamkan rasa hormat kita terhadap guru, ilmu, serta sumber-sumber pengetahuan lainnya. Ketika seorang murid mendahulukan adab, ia belajar dengan hati yang ikhlas, menerima kebenaran, dan menjauhkan diri dari sifat angkuh yang dapat menghalangi pemahaman terhadap ilmu yang tengah dipelajarinya.
3. Krisis Adab di Era Modern
Tanpa menyinggung pihak manapun, tapi baru saja kita semua melihat fenomena yang ramai diperbicangkan di khalayak ramai netizen Indonesia tentang seseorang yang notabene “Pendakwah” ini dengan kepala terangkat mencoba mengalihkan perhatian jamaahnya dengan candaan yang menyinggung (pent. melukai) bapak penjual es teh di seberang, dengan peluh memenuhi tubuh dan diatas kepalanya, ia menopang beban berat beruba barang dagangannya diatas kepalanya.
Miris, di era modern ini krisis adab menjadi salah satu tantangan besar dalam dunia dakwah dan pendidikan. Banyak orang yang lebih mementingkan pencapaian akademik daripada pembentukan karakter. Akibatnya, muncul generasi yang cerdas secara intelektual tetapi lemah dalam integritas dan akhlak. Dalam kehidupan sehari-hari, hal ini tampak pada perilaku anak yang ia tidak hormat kepada guru dan orang tua, anak-anak berani membantah perintah orang tua, sikap penolakan terhadap kebenaran, hingga menyalahgunaan ilmu pengetahuan untuk hal-hal merusak lainnya.
Ucapan Imam Malik ini mengingatkan kita bahwa tanpa adab, ilmu hanya akan menjadi alat yang kehilangan nilai moralnya. Penulis ingin mengajak para pembaca untuk merenungi kembali bahwa fenomena-fenomena lain seperti korupsi, ketidakadilan, kesenjang dan degradasi sosial sering kali bermuara dari individu yang memiliki pengetahuan yang luas namun kosong adab, bukan? Maka apa solusi yang tepat untuk problematika ini?
4. Revitalisasi Adab dalam Pendidikan
Untuk mengatasi krisis ini, perlu ada revitalisasi atau pembaharuan pada pendidikan adab dalam sistem pendidikan, baik formal maupun informal. Pendidikan karakter Islam harus menjadi inti kurikulum, dimulai dengan penanaman nilai-nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab, dan rasa saling hormat satu sama lain.
Guru juga berperan sebagai teladan bagi murid dalam penerapan adab ini. Sebagai murid, memulai proses belajar dengan doa, akhlak mulia, dan rasa hormat kepada ilmu dan ahli ilmu adalah langkah awal yang mencerminkan keseriusan dalam menuntut ilmu; menyiapkan diri sebelum memasuki kelas, membiarkan diri dalam keadaan siap untuk menampung ilmu, insyaallah dengan ini, keberkahan ilmu akan mudah untuk didapatkan dan membuahkan akhlak yang mulia bagi pelakunya.
5. Kesimpulan
Perkataan Imam Malik berupa: “Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu” adalah pengingat bahwa ilmu tanpa adab tidak akan membawa manfaat sejati. Adab menjadi kunci keberhasilan ilmu dalam membentuk pribadi yang bermoral agung dan bermanfaat bagi masyarakat. Dalam membangun peradaban yang kokoh, adab adalah fondasi yang tidak boleh diabaikan. Adab mendahului ilmu karena ia memastikan ilmu diterapkan dengan hikmah dan mendatangkan keberkahan bagi siapapun yang mengusahakannya. Barakallahu fikum.
Leave a Reply