Ibnatair
REDAKSI EHYAL STDI IMAM SYAFI’I JEMBER-
“Ihhh, so sweet banget! Pengen nikah deh!”
“Capek banget belajar, lebih baik nikah aja!”
Di tengah riuhnya kehidupan sehari-hari, banyak generasi muda mulai memikirkan pernikahan sebagai langkah selanjutnya. Namun, pernikahan muda bukan sekadar tentang cinta dan kebahagiaan; ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Dalam era di mana media sosial mendominasi, pandangan tentang pernikahan muda sering kali terpengaruh oleh influencer dan stigma yang berkembang. Jadi, apa sebenarnya yang membuat pernikahan muda begitu menarik sekaligus menakutkan?
Menikah adalah langkah besar dalam hidup. Saat ini, kita sering melihat pasangan muda memutuskan untuk menikah. Beberapa faktor yang mendorong pernikahan muda antara lain dorongan dari lingkungan sekitar, keinginan untuk memiliki pasangan hidup yang saling mendukung sejak dini, serta pengaruh media sosial yang sering menampilkan kisah-kisah romantis dan bahagia tentang pernikahan, sehingga membuat pernikahan muda terlihat menarik.
Salah satu pengaruh besar di zaman sekarang adalah dari influencer. Mereka memiliki kekuatan untuk memengaruhi banyak orang, terutama generasi muda, melalui platform online. Banyak influencer yang berbagi pandangan positif tentang pernikahan, memberikan inspirasi bagi pengikutnya. Namun, tanpa persiapan yang cukup, pernikahan muda bisa berisiko menghadapi masalah, seperti ketidakharmonisan dalam rumah tangga.
Sisi negatif dari pernikahan muda sering kali memunculkan stigma bahwa “marriage is scary.” Banyak yang melihat pernikahan sebagai beban emosional dan finansial, terutama dengan meningkatnya angka perceraian dan konflik. Hal ini bisa terjadi karena mental yang belum stabil, tekanan dari lingkungan, dan kurangnya pengetahuan tentang bagaimana menjalani pernikahan.
Namun, dengan persiapan yang matang, pernikahan muda bisa menjadi perjalanan yang menyenangkan dan penuh makna. Saat ini, banyak tersedia kelas pra-nikah yang ditujukan bagi generasi muda. Dalam kelas ini, calon pasangan belajar berbagai hal yang perlu dipersiapkan, seperti kesiapan mental, emosional, ekonomi, dan komunikasi. Melalui persiapan ini, mereka dapat menghadapi tantangan yang mungkin muncul dengan lebih percaya diri dan bijaksana. Ini sejalan dengan ajaran Rasulullah shallallahu’alaihi wa salam yang menekankan pentingnya kesiapan sebelum menikah:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وَجَاءٌ.
Artinya: “Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang mampu menanggung nafkah, hendaknya dia menikah. Karena menikah dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Sementara yang tidak mampu, hendaknya berpuasa karena puasa bisa menjadi pelindung bagi syahwatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan begitu, pernikahan muda bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang kesiapan dan tanggung jawab. Dengan persiapan yang tepat, generasi muda bisa menjadikan pernikahan sebagai dasar yang kuat untuk menjalani hidup bersama, mengatasi tantangan, dan meraih kebahagiaan sejati. Jadi, jangan takut untuk mengambil langkah ini—selama kita mempersiapkan diri dengan baik!
Referensi:
https://indonesiabaik.id/infografis/mayoritas-pemuda-di-indonesia-menikah-muda
Leave a Reply