Aghnia
REDAKSI EHYAL STDI IMAM SYAFI’I JEMBER – Salah satu penyakit yang sering menyerang keimanan seorang muslim adalah futur, yaitu kelesuan iman dan hilangnya gairah untuk beramal. Gejala yang biasanya dialami oleh pengidap penyakit ini adalah berkurangnya motivasi untuk beribadah sehingga menyebabkan turunnya kualitas atau melemahnya frekuensi iman dan amal.
Awalnya penyakit ini mungkin dianggap sepele, namun jika dibiarkan terlalu lama dan tidak diberikan penanganan yang tepat, futur bisa menjadi malapetaka besar bagi seorang muslim. Banyak faktor yang menjadikan seseorang terjangkit penyakit futur. Dan di antara penyebab terjadinya futur adalah:
- Tidak memahami Islam dengan pemahaman yang benar.
Seperti seseorang yang berkelana ke suatu tempat, namun dia berbekal sebuah peta yang salah, maka seberapa panjang pun perjalanan yang ditempuh, hanya letih yang terasa, lalu akhirnya memutuskan untuk berbalik arah dan tidak pernah sampai kepada tujuannya. Begitulah pemahaman dalam beragama. Pemahaman yang benar, yang sesuai Al-Qur’an dan Hadis dengan pemahaman Salaful Ummah akan menuntun kepada jalan yang lurus. Dengan pemahaman yang benar, akan terasa kelezatan melaksanakan ketaatan. Dengan petunjuk yang benar akan mengantarkan kepada tujuan. Rasulullah ﷺ bersabda,
قَدْ تَرَكْتُكُم عَلَى البَيضَاءِ لَيلُهَا كَنَهَارِهَا لاَ يَزِيغُ عَنهَا بَعدِي إِلاَّ هَالِكٌ
“Sesungguhnya aku meninggalkan kalian di atas jalan yang putih bersih, malamnya bagaikan siang, siapa saja yang menyimpang darinya pasti akan binasa.” [Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya (11692) dan Ibnu Majah (44) dalam Sunannya).
- Tergesa-gesa dan berlebih-lebihan dalam ibadah
Jangan terburu-buru, memaksakan diri ingin melakukan ibadah ini dan itu dalam satu waktu. Hal ini bisa membawa seseorang kepada sikap berlebih-lebihan, hingga akhirnya merasa letih dan bosan lalu berujung dengan meninggalkan ketaatan. Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ إِلاَّ غَلَبَهُ
“Sesungguhnya agama ini sangat mudah. Dan tiada seseorang yang mencoba mempersulit diri dalam agama ini melainkan ia pasti kalah.” [HR. Bukhari]
- Takjub pada diri sendiri
Hati yang belum bersih ketika beribadah akan mudah merasa takabur dan takjub terhadap diri sendiri. Merasa takjub dengan ketaatan yang sudah dia lakukan. Alih-alih mendapatkan pahala, justru amalan terhapus tanpa sisa dan berujung dengan perasaan kecewa. Maka sangat penting untuk membenahi hati terlebih dahulu agar tidak tertipu dengan amalan yang sudah dilakukan. Dalam hadis disebutkan,
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبِعٌ وإعْجَابٌ المرءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) sifat pelit yang ditaati, (2) hawa nafsu yang diikuti, (3) kekaguman seseorang pada dirinya sendiri.” [HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath, 5/328. Dihasankan Al Albani dalam Shahiihul Jami’ no. 3045].
- Lingkungan pertemanan yang tidak baik
Tabiat manusia adalah suka latah dengan apa yang dilakukan oleh teman bergaulnya. Bukan hanya di dunia nyata, lingkup pertemanan di sosial media pun tak kalah besar pengaruhnya. Bergaul dengan penuntut ilmu akan mendorong jiwa kita untuk ikut menutut ilmu. Bergaul dengan orang yang lalai akan mempengaruhi kita untuk ikut lalai. Sebagaimana pepatah Arab,
الصَّاحِبُ سَاحِبٌ
“Yang namanya sahabat bisa menarik (mempengaruhi).”
Sahabat bisa mempengaruhi pada kebaikan dan bisa menarik pada keburukan, maka perhatikanlah dengan siapa kita berteman.
Futur adalah virus yang pasti akan menyerang seorang muslim, tidak akan ada seorangpun yang luput darinya. Sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Nabi kita shllallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ فَمَنْ كَانَتْ شِرَّتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَدْ أَفْلَحَ وَمَنْ كَنَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ
“Setiap amalan pasti ada gairahnya dan setiap gairah pasti mengalami penurunan (futur), barangsiapa penurunanya kepada sunnah maka ia telah beruntung, barangsiapa penurunanya kepada bid’ah maka ia telah binasa”. [Hadis riwayat Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh Ali Hasan dalam kitab Arba’uuna Hadiitsan fi Syakhsiyahiyyah].
Masa futur pasti akan terjadi, namun itu bukan berarti kita tidak bisa membentengi diri dari penyakit ini. Ada beberapa usaha pencegahan yang bisa kita lakukan, atau paling tidak jika futur itu menyerang kita tidak jatuh terlalu dalam, di antaranya:
- Doa
Berdoa, memohon pertolongan kepada Allah. Karena Allah yang membolak-balikkan hati seorang hamba. Demikianlah yang dicontohkan Nabi ﷺ , beliau selalu berdoa kepada Allah ﷻ,
يَا مُقَلِّبَ القُلُوب ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Ya Allah, Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” [HR. Tirmidzi (2140) dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah Ahaadits Shahihah (2091).
- Berpegang teguh dengan agama Allah
Allah ﷻ berfirman,
… وَمَن يَعْتَصِم بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطِ مُّسْتَقِيم
“… Dan barang siapa berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh, dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus” [QS. Ali ‘imran: 101]
- Bersegera melaksanakan ketaatan
Rasulullah ﷺ bersabda,
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
“Bersegeralah dengan amal-amal (salih sebelum datang) fitnah-fitnah laksana potongan potongan malam yang gelap gulita, seseorang pada pagi hari beriman dan pada sore hari telah kafir atau pada sore hari beriman dan pada pagi hari telah kafir, ia menjual agamanya dengan materi dunia.” [HR. Muslim (328) dari Abu Hurairah
- Ikhlas dan bersungguh-sungguh dalam menaati Allah
Allah ﷻ berfirman,
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.” [QS. Al- Ankabut: 69]
- Berteman dengan orang yang saleh
Rasulullah ﷺ bersabda,
المرءُ عَلىَ دِينِ خَلِيلِهِ فَليَنظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِل
“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” [HR. Abu Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad 2/344. Dari Abu Hurairah. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa Hadis ini hasan].
Semoga Allah selalu menjaga kita dalam keistiqomahan. Aamiin
Sumber:
Buku Awas Futur. Ummu Ihsan dan Abu Ihsan Al Atsari
Jangan Sampai ada Riya’ dan Ujub di Hatiku. Ust. Yulian Purnama. Halaman web: https://muslimah.or.id/10049-jangan-sampai-ada-riya-dan-ujub-di-hatiku.html
Manfaat Teman yang Baik. Ust. Muhammad Abduh Tuasikal. Halaman web: https://rumaysho.com/13311-manfaat-teman-yang-baik.html
(Sumber gambar: http://www.unsplash.com)
Leave a Reply